Ujian Bilghoib 5 Juz
Pengertian,Hukum,keutamaan dan Pelaksanaan Qurban
Assalamualaikum Wr. Wb
إنَّ الحمد لله، نحمده ونستعينه، ونستغفره ونتوب إليه، ونعوذ بالله
من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يَهْدِهِ اللهُ فلا مُضِلَّ له، ومن يُضْلِلْ
فلا هاديَ له، وأشهد أنْ لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا مثيل له ولا نِدَّ
له، وأشهدُ أنَّ محمداً عبده ورسوله وصفيّه وخليله، أرسله الله بشيراً ونذيراً
وداعياً إلى الله بإذنه وسراجاً وَهَّاجاً وقمراً منيراً. بلغ الرسالة وأدى
الأمانة ونصح الأمة وجاهد في الله حق جهاده.
اللهم صل على محمد وعلى آله وأزواجه
وأصحابه الأخيار رضوان الله عليهم ومن دعا بدعوته وسلك سلوكَه واتبع سنتَه إلى
يومِ الدين .
أما بعد فيا عباد الله، أوصي نفسي وإيّاكم بتقوى الله
العظيم، وأحثّكم على طاعة الله الكريم
Pengertian Kurban
qurban atau
udhhiyah dalam pengertian syara, ialah menyembelih hewan dengan tujuan
beribadah kepada Allah pada Hari Raya Haji atau Idul Adha dan tiga Hari
Tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.
B. Hukum Kurban
Ibadah kurban hukumnya adalah
sunnah muakkad, atau sunnah yang dikuatkan. Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi
wasallam tidak pernah meninggalkan ibadah kurban sejak disyariatkannya sampai
beliau wafat. Ketentuan kurban sebagai sunnah muakkad dikukuhkan oleh Imam
Malik dan Imam al-Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa ibadah
kurban bagi penduduk yang mampu dan tidak dalam keadaan safar (bepergian),
hukumnya adalah wajib. (Ibnu Rusyd al-Hafid: tth: 1/314).
C. Keutamaan Kurban
Menyembelih kurban adalah suatu
sunnah Rasul yang sarat dengan hikmah dan keutamaan. Hal ini didasarkan atas
informasi dari beberapa haditst Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam, antara
lain: عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَمِلَ آدَمِيٌّ مِنْ عَمَلٍ
يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا
لَتَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلَافِهَا
وَأَنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنْ
الْأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا Aisyah menuturkan dari Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, “Tidak ada suatu amalan
yang dikerjakan anak Adam (manusia) pada hari raya Idul Adha yang lebih
dicintai oleh Allah dari menyembelih hewan. Karena hewan itu akan datang pada
hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, bulu-bulunya, dan kuku-kuku kakinya. Darah
hewan itu akan sampai di sisi Allah sebelum menetes ke tanah. Karenanya,
lapangkanlah jiwamu untuk melakukannya.” (Hadits Hasan, riwayat al-Tirmidzi:
1413 dan Ibn Majah: 3117) Menurut Zain al-Arab, ibadah yang paling utama
pada hari raya Idul Adha adalah menyembelih hewan untuk kurban karena Allah.
Sebab pada hari kiamat nanti, hewan itu akan mendatangi orang yang
menyembelihnya dalam keadaan utuh seperti di dunia, setiap anggotanya tidak ada
yang kurang sedikit pun dan semuanya akan menjadi nilai pahala baginya.
Kemudian hewan itu digambarkan secara metaphoris akan menjadi kendaraanya untuk
berjalan melewati shirath. Demikian ini merupakan balasan dan bukti keridhaan
Allah kepada orang yang melakukan ibadah kurban tersebut. (Abul Ala
al-Mubarakfuri: tt: V/62) Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah
shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang memiliki kemampuan untuk
berkurban, tetapi ia tidak mau berkurban, maka sesekali janganlah ia mendekati
tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah). Masih banyak lagi sabda
Nabi yang lain, menjelaskan tentang keutamaan berkurban. Bahkan pada haditst
terakhir, disebutkan bahwa orang yang sudah mampu berkorban, tetapi tidak mau
melaksanakanya, maka ia dilarang mendekati tempat shalat Rasulullah atau tempat
(majelis) kebaikan lainya. Ibadah kurban yang dilaksanakan pada hari
raya Idul Adha sampai hari tasyrik, tiada lain bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Disamping itu, kurban juga berarti menghilangkan sikap egoisme,
nafsu serakah, dan sifat individual dalam diri seorang muslim. Dengan
berkurban, diharapkan seseorang akan memaknai hidupnya untuk mencapai ridha
Allah semata. Ia “korbankan” segalanya (jiwa, harta, dan keluarga) hanya
untuk-Nya. Oleh karena itu, pada hakikatnya, yang diterima Allah dari ibadah
kurban itu bukanlah daging atau darah hewan yang dikurbakan, melainkan
ketakwaan dan ketulusan dari orang yang berkurban, itulah yang sampai
kepada-Nya.
D. Hakikat Kurban
Kurban dalam dimensi vertikal
adalah bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah supaya mendapatkan
keridhaan-Nya. Sedangkan dalam dimensi sosial, kurban bertujuan untuk
menggembirakan kaum fakir pada Hari Raya Adha, sebagaimana pada Hari Raya Fitri
mereka digembirakan dengan zakat fitrah. Karena itu, daging kurban hendaklah
diberikan kepada mereka yang membutuhkan, boleh menyisakan secukupnya untuk
dikonsumsi keluarga yang berkurban, dengan tetap mengutamakan kaum fakir dan
miskin. Allah berfirman: فَكُلُوا
مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْبَائِسَ الْفَقِيرَ “Maka makanlah
sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang
yang sengsara lagi fakir.” (QS. al-Hajj, 22:28) Dengan demikian kurban
merupakan salah satu ibadah yang dapat menjalin hubungan vertikal dan
horizontal.
E. Kriteria Hewan Kurban
Para ulama sepakat bahwa semua hewan ternak
boleh dijadikan untuk kurban. Hanya saja ada perbedaan pendapat mengenai mana
yang lebih utama dari jenis-jenis hewan tersebut. Imam Malik berpendapat bahwa
yang paling utama adalah kambing atau domba, kemudian sapi, lalu unta.
Sedangkan Imam al-Syafi’i berpendapat sebaliknya, yaitu yang paling utama
adalah unta, disusul kemudian sapi, lalu kambing (Ibn Rusyd: tt: I:315).
Agar ibadah kurbannya sah menurut syariat, seorang yang hendak berkurban harus
memperhatikan kriteria-kriteria dari hewan yang akan disembelihnya.
Kriteria-kriteria tersebut diklasifisikasikan sesuai dengan usia dan jenis
hewan kurban, yaitu:
a.
Domba (dha’n) harus mencapai minimal usia satu tahun lebih, atau sudah berganti
giginya (al-jadza’). Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sembelilhlah domba yang jadza’, karena itu diperbolehkan.” (Hadits Shahih,
riwayat Ibn Majah: 3130 Ahmad: 25826)
b. Kambing kacang (ma’z) harus mencapai usia
minimal dua tahun lebih.
c.
Sapi dan kerbau harus mencapai usia minimal dua tahun lebih.
d. Unta harus mencapai usia lima tahun atau
lebih. (Musthafa Dib al-Bigha: 1978:241). Selain kriteria di
atas, hewan-hewan tersebut harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat.
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan
dari al-Barra bin Azib radliyallâhu ‘anh:
أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي
الْأَضَاحِيِّ فَقَالَ الْعَوْرَاءُ بَيِّنٌ عَوَرُهَا وَالْمَرِيضَةُ بَيِّنٌ
مَرَضُهَا وَالْعَرْجَاءُ بَيِّنٌ ظَلْعُهَا وَالْكَسِيرُ الَّتِي لَا تَنْقَى
“Ada empat macam hewan yang tidak sah
dijadikan hewan kurban, “(1) yang (matanya) jelas-jelas buta (picek), (2) yang
(fisiknya) jelas-jelas dalam keadaan sakit, (3) yang (kakinya) jelas-jelas
pincang, dan (4) yang (badannya) kurus lagi tak berlemak.” (Hadits Hasan
Shahih, riwayat al-Tirmidzi: 1417 dan Abu Dawud: 2420) Akan tetapi, ada
beberapa cacat hewan yang tidak menghalangi sahnya ibadah kurban, yaitu; Hewan
yang dikebiri dan hewan yang pecah tanduknya. Adapun cacat hewan yang putus telinga
atau ekornya, tetap tidak sah untuk dijadikan kurban. (Dr. Musthafa, Dib
al-Bigha: 1978:243). Hal ini dikarenakan cacat yang pertama tidak mengakibatkan
dagingnya berkurang (cacat bathin), sedangkan cacat yang kedua mengakibatkan
dagingnya berkurang (cacat fisik).
F. Ketentuan Kurban
Berkurban dengan seekor kambing
atau domba diperuntukkan untuk satu orang, sedangkan unta, sapi dan kerbau
diperuntukkan untuk berkurban tujuh orang. Ketentuan ini dapat disimpulkan dari
hadits berikut: عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ نَحَرْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَامَ الْحُدَيْبِيَةِ الْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah, “Kami telah menyembelih kurban
bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam pada tahun Hudaibiyah seekor
unta untuk tujuh orang dan seekor sapi juga untuk tujuh orang.” (Hadits Shahih,
riwayat Muslim: 2322, Abu Dawud: 2426, al-Tirmidzi: 1422 dan Ibn Majah:
3123).
Hadits selanjutnya menjelaskan
tentang berkurban dengan seekor domba yang dilakukan oleh Rasulullah Muhammad
shallallâhu ‘alaihi wasallam:
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ فَأُتِيَ
بِهِ لِيُضَحِّيَ بِهِ فَقَالَ لَهَا يَا عَائِشَةُ هَلُمِّي الْمُدْيَةَ (يعني
السكين) ثُمَّ قَالَ اشْحَذِيهَا بِحَجَرٍ فَفَعَلَتْ ثُمَّ أَخَذَهَا وَأَخَذَ
الْكَبْشَ فَأَضْجَعَهُ ثُمَّ ذَبَحَهُ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ
تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى
بِهِ.
“Dari Aisyah radliyallâhu ‘anhâ,
menginformasikan sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wasallam menyuruh
untuk mendatangkan satu ekor domba (kibas) yang bertanduk . Kemudian domba itu
didatangkan kepadanya untuk melaksanakan kurban. Beliau berkata kepada Aisyah:
Wahai Aisyah, ambilkan untukku pisau (golok). Nabi selanjutnya memerintahkan
Aisyah: Asahlah golok itu pada batu (asah). Aisyah kemudian melakukan
sebagaimana yang diperintahkan Rasulullah. Kemudian Nabi mengambil golok itu
dan mengambil domba (kibasy), kemudian membaringkannya, dan menyembelihnya
sambil berdoa: Dengan nama Allah, wahai Allah terimalah dari Muhammad dan
keluarga Muhammad dan umat Muhammad, beliau berkurban dengan domba itu”.
(Hadits Shahih Riwayat Muslim 1967).
Doa Nabi dalam hadits di atas,
ketika beliau melaksanakan kurban: “Wahai Allah, terimalah dari Muhammad dan
keluarga Muhammad dan umat Muhammad” tidak bisa dipahami bahwa kurban dengan
satu domba cukup untuk keluarga dan untuk semua umat Nabi. Penyebutan itu hanya
dalam rangka menyertakan dalam memperoleh pahala dari kurban tersebut. Apabila
dipahami bahwa berkurban dengan satu kambing cukup untuk satu keluarga dan
seluruh umat Nabi Muhammad, maka tidak ada lagi orang yang berkurban. Dengan
demikian, pemahaman bahwa satu domba bisa untuk berkurban satu keluarga dan
seluruh umat, harus diluruskan dan dibetulkan sesuai dengan ketentuan satu
domba untuk satu orang, sedangkan onta, sapi, dan kerbau untuk tujuh orang
sebagaimana dijelaskan hadits di atas.
G. Waktu Pelaksanaan Kurban
Waktu menyembelih kurban dimulai
setelah matahari setinggi tombak atau seusai shalat Idul Adha (10 Dzulhijjah)
sampai terbenam matahari tanggal 13 Dzulhijjah. Sedangkan distribusi
(pembagian) daging kurban dibagi menjadi tiga bagian dan tidak mesti harus sama
rata. Ketiga bagian itu, (1) untuk fakir miskin, (2) untuk dihadiahkan, dan (3)
untuk dirinya sendiri dan keluarga secukupnya. Dengan catatan, porsi untuk
dihadiahkan dan untuk dikonsumsi sendiri tidak lebih dari sepertiga daging
kurban. Meskipun demikian memperbanyak pemberian kepada fakir miskin lebih
utama. (Dhib al-Bigha:1978:245).
Penjelasan Kitab Alfiyyah Ibnu Malik
Penjelasan Kitab ALFIYYAH IBNU MALIK
Oleh.KH. Ahmad Syafi'i
Assalamualaikum Wr. Wb
Kitab alfiyah adalah mahakarya agung dalam bidang ilmu nahwu dan
shorof yang tata bahasanya memukau orang yang tahu keindahan sastra arab. Kitab
Alfiyah dikarang oleh Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy. Beliau
berasal dari daerah Andalusia yang sekarang kita kenal dengan nama Spanyol.
Dulu, wilayah Spanyol termasuk
salah satu wilayah yang ditaklukan oleh Thariq bin Ziyad dan Islam berkembang
pesat di sana, salah satunya muncul ulama fenomenal pengarang kitab Alfiyah
ini. Syekh Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy lebih dikenal dengan nama
Ibnu Malik. Malik adalah nama kakek beliau, dan sebutan Ibn Malik disandarkan
kepada kakek beliau.
Oleh karena itu tidak heran jika semua orang mengenal kitab fenomenal ini dengan sebutan Alfiyah Ibnu Malik. Sama halnya dengan Imam Syafi’i yang mana syafi’i adalah bukan nama aslinya melainkan nama datuknya. Telah disyarahi oleh banyak ulama, salah satu syarah alfiyah yang cukup terkenal adalah Syarh Ibnu’Aqil. Bagi kalangan pesantren, syarh kitab Alfiyah Ibnu Malik ini tentu sangat.
Baca Juga. PSB MIFTAHUL HUDA AL-MAKIYYAH
Berikut Penjelasan Kitab ALFIYYAH IBNU MALIK
بسم الله
الرحمن الرحيم
قوله : ينبغى لكل شارع فى فن ان يبحث على البسملة بطرف
مما يناسبها
هرتوسنا :
فريوكي كاسكور انو تومنداغ غئوس هجي فن غابحث بسملةكو علم جروسان ايتو فن
بسم الله.
حرف باء دينا بسم الله ايت حرف جار اصليه، كولنتران حرف جار اصلية مكا غاكدوهن
تعلق/فرجنتيلان كان :
1. جملة فعليه
عموم مقدم، جونتو : ابتدأ بسم الله الرحمن الرحيم
2. جملة فعليه
عموم مؤخر، جونتو : بسم الله الرحمن الرحيم ابتدأ
3. جملة فعليه
خصوص مقدم، جونتو : أألف بسم الله الرحمن الرحيم
4. جملة فعليه
خصوص مؤخر، جونتو : بسم الله الرحمن الرحيم أألف
5. جملة اسمية
عموم مقدم، جونتو : انا مبتدأ بسم الله الرحمن الرحيم
6. جملة اسميه
عموم مؤخر، جونتو : بسم الله الرحمن الرحيم انامبتدأ
7. جملة اسميه
خصوص مقدم، جونتو : انا مؤلف بسم الله الرحمن الرحيم
8. جملة اسميه
خصوص مؤخر، جونتو : بسم الله الرحمن الرحيم انا مؤلف
جتتان :
سئر كينيه كمبران انو صح جدي متعلق باء دي لوار انو دلفان سفرتي تنا جمله شرطية
سرغ سابغسانا.
بسم : باء
حرف جر اصلي يتعلق على جملة فعلية مقدرة مبني على الكسر لامحل لهامن الاعراب
اسم :
مجرور بباء وعلامة جره كسرة ظاهرة فى آخره لانه اسم المفرد والصيغة مصدر التوكيد
السماعي من الثلاثي المجرد الباب الثاني المعتل الفاء الواوي وسم يسم وسما، حذفت الواو
وابدلت همزة وصل فصار اسما، ثم جر بالبا مع حذف همزة الوصل للدرج فصار بسم.
بسم مضاف،
الله مضاف اليه وهو مجرور وعلامة جره كسرة ظاهرة فى آخره لانه اسم المفرد والصيغة
لاصيغة لها من الاعراب
الرحمن :
صفة حقيقية اولية من لفظ " الله " وهو مجرور لانه تابع للمجرور وعلامة
جره كسرة ظاهرة فى آخره لانه اسم المفرد والصيغة اسم الفاعل على وزن فعلان من
الثلاثي المجرد الباب الرابع رحم يرحم فهو
رحمن ثم ادخل عليه الالف واللام مع كسرآخره فصار الرحمن
الرحيم :
صفة حقيقية ثانية من لفظ " الله "وهو مجرور لانه تابع للمجرور وعلامة
جره كسرة ظاهرة فى آخره لانه اسم المفرد، والصيغة اسم الفاعل على وزن فعيل من
الثلاثي المجرد الباب الرابع رحم يرحم فهو
رحيم ثم ادخل عليه الالف واللام مع كسر آخره
فصار الرحيم
قوله : قال محمدهو ابن مالك - احمدربى الله خير مالك
سسائوران
الشيخ محمد (مصنف الفيه) جنغان لغكاف نا : الشيخ ابو عبدالله جمال الدين محمد بن
عبد الله بن مالك : كامي موجي كا فغيران كامي تكسنا الله انو فغ سئينا انو غراجائن
جتتان :
لفظ قال صيغة فعل ماض ندوهكن كان توس بوكتي سسائوران ننا فداهل نمبي بدي انو
فنتسنا كو صيغة فعل مضارع
قوله : مصلياعلى النبي المصطفى - وآله المستكملين
الشرفا
انجنا مئوس
صلواة كاكغجغ نبى المصطفى انو دي فليه جنتن سيد المرسلين سرغ اخر الانبياء
والمرسلين سرغ مئوس صلواة كا كولواركينا انو يمفورناكن كان كاموليائن كو نتوركن
سرغ غاجلانكن شريعة اسلام
قوله : واستعين الله فى الفية - مقاصد النحو بها محويه
تقرب
الاقصى بلفظ موجز - وتبسط البذل بوعدمنجز
وتقتضي
رضابغير سخط - فائقة الفية ابن معطى
سئور مصنف
: كامي يهونكن تلوغ كاالله ديناغراغ الفيه موداه2هن :
1.
تجوئن علم نحو كاكروغ دينا الفيه
2.
الفيه غادكتكن معنى انو جئوه كو
لفظ انو ريغكس
3.
غابيبيركن فمسيهان كلوان جغجي انو
كونتان
4.
غدوكن كان رضاءكانوغاجر سرغ انو
دي اجر بري هنت بندو
5.
غالهوران كان الفيه نا ابن معطى
جتتان :
سبعد يئوركن فائقة الفية ابن معطى انجنا كالغكر (ممكن تنا سبب سوء الادب كاكرو
نا/ابن معطى). نجو كالغكر انجنا غيمفين تفاغ سرغ ابن معطى بري سسائوران : الحي قد
يغلب الف ميت هرتوسنا انو هيروف بيسا غيليهكن ساريبو اوراغ انو موت. تراس انجنا
توبة
قوله : وهو بسبق حائز تفضيلا - مستوجب ثنائي الجميلا
ياالله
مركي انجنا (ابن معطى) فرانتوس تي فيون مكا فنتس كيغيغ كا اوغكولن ، واجب كوريغ
موجي كا انجنا كو انو سئي
قوله : والله يقضى بهبات وافرة - لى وله فى درجات
الاخرة
ياالله
موكي كوستي يومفونن كو فراغ2 فمسيهان انو سمفورنا فيكن عبدي سرغ فكن ابن معطى دينا
درجة آخرة
الكلام وما
يتألف منه
اري اي ايت
باب كلام سرغ انو جدي بهان سسونن كلام
قوله : كلامنا لفظ مفيد كاستقم - واسم وفعل ثم حرف
الكلم
اري كلام
مغكوه كامي (علماء نحو) ايت لفظ انو مفيد/انو كاهرتوس سفرتي لفظ استقم.
جتتان :
مصنف غغكو
بهاسا انو ريغكس سكومها جغجينا، هنت دي سبوتكن كداه مركب سبب ستياف مفيد فستى مركب موئل مفيد اوفمي هنت
مركب. مركب نا ايا انو لفظا سفرتي قام زيد، ايا انو تقديرا سفرتي استقم (انت)
كمبران
مفيد ايا تلو ياايت :
1.
جملة فعليه (كابوغن فعل فاعل)
سفرتي قال محمد
2.
جمله اسمية (كابوغن مبتداء خبر)
سفرتي زيد قائم
3.
جملة شرطية (شرط جواب) سفرتي ان
قام زيد قام عمرو
اري
كابوغان اسم فعل حرف ايت دي سبات كلم سفرتي : ان
تنصروا الله ينصركمل، سنجان هنت كلام
جتتان :
1.
اياكلام هنت كلم ياايت اوفمي لفظ
مفيد تفى هنت كومفول كلمه انو تلو سفرتي : الحمد لله
2.
اياكلم هنت كلام ياايت اوفمي
كومفول كلمه انو تلو تفى هنت مفيد سفرتي : ان قام زيد
3.
اياكلام سرتا كلم ياايت اوفمي لفظ
مفيد بري كومفول كلمه انو تلو سفرتى : ان قام زيد قام عمرو
قوله : واحده كلمة والقول عم - وكلمة بها كلام قد يؤم
هجي2نا تنا
كلم دي سبات كلمة سفرتي كلمة اسم، فعل، سرغ حرف. اري قول ايت عموم تياسا دي فكي كان كلام، كلم اتنافى كان كلمة
تكسناكلام، كلم سرغ كلمه تياسا دي سبات قول. اري كلمه ايت سوك راجن دي فكي كان
كلام تكسنا كلام سوك دي سبات كلمه سفرتي كلمة تهليل كداهنا كلام تهليل، كلمه تكبير
كداهنا كلام تكبير سرغ كلمة تحميد كداهنا كلام تحميد.
قوله : بالجر والتنوين والندا وال - ومسند للاسم تمييز
حصل
اري جري
كلمه اسم ايت : جيئير تغتوغ، تنوين، حرف
نداء، الف لام، كو ايانا مسند (فعل دينا جملة فعلية اتنافى خبر دينا جملة اسمية)
جتتان :
اري تنوين ايت ايا اوفت :
1.
تنوين تمكين ياايت تنوين انو تراف
كان اسم معرب سفرتي : مسجد
2.
تنوين تنكير ياايت تنوين انو تراف
كان اسم مبنى سفرتي : صهٍ
3.
تنوين عوض ياايت تنوين انو جدي
كاكنتي تناحرف انو دي فيجن سفرتي : غواز اصلنا غوازي، اتوا كاكنتي تناكلمه (مضاف
اليه) انو دي فيجن سفرتي : كلٌّ اصلنا كل شمس، اتوا كاكنتي تنا جملة انو دي فيجن
سفرتي : وانتم حينئذٍ اصلنا حين اذ بلغت الحلقوم
4.
تنوين مقابلة ياايت تنوين انو
غابنديغان نون جمع مذكر سالم سفرتي مسلمات غابنديغان مسلمون (نون سكون سمي سرغ
تنوين)
قوله : بتا فعلت واتت ويا افعلى - ونون اقبلن فعل ينجلى
اري جري
فعل ايت : صح كاترافن كو تاء ضمير متحرك مرفوع سفرتي : فعلت، اتوا صح كاترافن تاء
تانيث ساكنة سفرتي : اتت، اتوا انوصح كاترافن ياء ضمير مفرده مؤنثة مخاطبة سفرتي :
وزن افعلي سرغ انو صح كاترافن نون دوا توكيد سفرتي : اقبلنّ.
قوله : سواهما الحرف كهل وفى ولم - فعل مضارع يلى لم كيشم
سالينتي
اسم سرغ فعل ايت كلمه حرف. اري جرينا حرف ايت انو هنت صح كاترافن كو جري اسم سرغ
كو جري فعل.
حرف كابكي
تلو :
1.
انو خصوص تراف كان اسم ياايت حرف
جار سفرتي : فى
2.
انو خصوص تراف كان فعل ياايت عامل
جوازم سرغ عامل نواصب
3.
انو بيسا تراف كان اسم سرغ فعل
سفرتي حرف استفهام هل
اري لم
عامل جوازم ايت جري خصوص فعل مضارع سفرتي : لم ينصر
قوله : وماضي الافعال بالتا مز وسم - بالنون فعل الامر
ان امر فهم
اري جري
انو خصوص فكن فعل ماضى ايت تاء ضمير متحرك مرفوع اتوا تاء تأنيث ساكنه. اري جري
انو خصوص فكن فعل امر ايت نون دوا توكيد
قوله : والامر ان لم يك للنون محل - فيه هو اسم نحو صه
وحيهل
اوفمي كلمه
غندوغ معنى امر تفى هنت صح كاترافن كو نون دوا توكيد مكا دي نميئان اسم فعل امر
سفرتي : صه سرغ حيهل